Update

Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

Masjid Basis Pergerakan dan Upaya Menjemput Kebahagian*

Saturday, 19 September 2015


Banyak hal yang bisa dilakukan saat bulan penuh berkah tiba. Seperti yang digagas oleh kawan-kawan seperjuangan di organisasi ekstra kampus berbasis keislaman. Kami ingin nuansa berbeda dari Ramadan sebelumnya. Jika biasanya kami menghabiskan sebagian besar waktu untuk menjadi mustami’ dari pengajian di pesantren, duduk manis sambil menggenggam senjata pamungkas, pena dan kitab. Jika bosan menggoda, ngusilin teman yang menahan kantuk akut sampai terombang-ambing adalah agenda yang mengasyikkan. Atau bersorak ria karena joke dari para ustadz. Mentok kalau bosan sudah di ujung umbun-umbun, tidur di tempat adalah pilihan yang telak.

Pesantren menjadi kawah candradimuka dalam hidup kami. Di sana kami dididik untuk menjadi insan swasembada dan swapraja namun tetap kordial, santun, supel, dermawan, murah hati, berani dst. Bukan sembarang kawah yang mampu menciptakan manusia setengah dewa seperti pesantren. Babad nusantara dan historiografi yang ditulis oleh historikus membuktikan bahwa hanya pesantren yang becus melahirkan ulama dan umara’ yang adil dan kaya akan wisdom dalam jiwanya. Sehingga takaran antara soul keilmuan (‘ilm) dan spiritual (addin) tampil seimbang. Tentu kita tak gebyuk uya roto. Artinya tak semua yang belajar di pesantren sukses menjadi setengah dewa, atau separuh malaikat.

Cerpen Oh Cerpen*

Monday, 8 June 2015


Sebuah SMS muncul dan mengejutkanku saat kongkow di warung kopi langganan, Jopok. Sudah menjadi kebiasaan bagiku menghabiskan sebagian 24 jam untuk duduk dan serawungan di Jopok, walau seringnya ngerasani. Mulai dari yang sepele hingga permasalahan elit di negeri ini. Semua kami tumpah ruahkan di atas meja persegi empat bersama kopi, Jopok.

Nada dering singkat berbunyi, sepertinya familiar sekali suara itu. Kutenggok Hpku yang retak membentuk tiga garis menyebar, vertikal dan horizontal tepat di tengah layarnya. Meski sering jatuh dari pelukakanku, hp ini tampak selalu kuat dan tegar. Baru kali ini dia luka, mungkin dia protes dan lelah hingga berani melukai dirinya, sebagai bentuk protes terhadapku.

Satu pesan diterima, ujar Hpku. Seakan masih tetap setia melayaniku meski dalam luka. Cepat kubuka SMS itu. “Jangan lupa, tanggal 26 jadwal kamu menulis cerpen.” Asemm, ujarku dalam hati. Ini pasti Si-penadah tulisan. Benar dugaanku, dia, Semar. Pesan itu tak segera aku balas agar keamanan diriku terjaga dari terornya.
 

Most Reading

Sidebar One