
Nahdlatul
Ulama, Nahdlatul Ulama, dan Nahdlatul Ulama. Dalam ilmu nahwu, pengulangan kata
adalah salah satu bentuk taukid (penegasan) ketika seseorang ingin mempertegas
apa yang ingin dia sampaikan. Di kalangan pesantren tak asing dengan istilah
ini. Bahasa familiar, pengulangan berupa lafadz seperti ini disebut taukid
lafdzi. Sesuai dengan fungsinya, taukid berarti membuang keraguan, menghindari
bias atau membuang skeptisme yang muncul pada mukhotob (pendengar).
Mohon maaf, saya tidak sedang memberikan pelajaran tentang nahwu. Tapi hanya
ingin memperjelas bahwa saya cinta Nahdlatul Ulama.
Berbicara
tentang Nahdlatul Ulama tak bisa dipisahkan dengan sosok Hadratussyaikh – KH.
Wahab Hasbullah – KH. Bisri Syansuri. Tiga serangkai Jombang yang memplopori
Jamiah Islam terbesar di Indonesia, NU. Menyadur ucapan Sang Kiai “Siapa yang
mau mengurusi NU, saya anggap ia santriku. Siapa yang jadi santriku. Saya
doakan husnul khatimah beserta anak-cucunya.” Rasa cinta itu pula yang
membentuk harmoni antara ketiga tokoh itu. Termasuk di dalamnya sikap Tawadhu’
satu sama lainya.