Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca koran Jawa Pos edisi
02 April 2015 dalam rubrik opini. Tulisan itu berjudul “Maaf, Saya Mengumpat”.
Menurut si penulis, sejatinya kata-kata yang kita anggap jorok atau terkesan
kasar seperti bangsat, bajingan tidak memiliki
konotasi negatif pada awalnya. Namun seiring perkembangan zaman kata-kata itu
mengalami pelebaran dan menjadi ungkapan populer untuk mengekspresikan
kekecewaan terhadap sesuatu.
Bangsat dalam terminologi jawa adalah hewan Tinggi (binatang
yang menghisap darah) yang sering kali berdomisili di kasur atau kursi-kursi
kayu yang lembab, biasanya sering ditemukan di kursi warung makan. Hewan kecil
dan bau ini sering kali menghisap darah tanpa pangestu dari si-empunya.
Biasanya, bangsat akan meninggalkan kesan berupa benjolan besar pada area tubuh
yang berhasil dihisapnya. Mungkin sikapnya yang kurang ajar, sering menghisap
darah seperti vampir, tanpa izin, sehingga dijuluki bangsat. Entahlah!