Update

Maaf, Saya Mengumpat (Lagi)*

Sunday 12 April 2015


Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca koran Jawa Pos edisi 02 April 2015 dalam rubrik opini. Tulisan itu berjudul “Maaf, Saya Mengumpat”. Menurut si penulis, sejatinya kata-kata yang kita anggap jorok atau terkesan kasar seperti bangsatbajingan tidak memiliki konotasi negatif pada awalnya. Namun seiring perkembangan zaman kata-kata itu mengalami pelebaran dan menjadi ungkapan populer untuk mengekspresikan kekecewaan terhadap sesuatu.

Bangsat dalam terminologi jawa adalah hewan Tinggi (binatang yang menghisap darah) yang sering kali berdomisili di kasur atau kursi-kursi kayu yang lembab, biasanya sering ditemukan di kursi warung makan. Hewan kecil dan bau ini sering kali menghisap darah tanpa pangestu dari si-empunya. Biasanya, bangsat akan meninggalkan kesan berupa benjolan besar pada area tubuh yang berhasil dihisapnya. Mungkin sikapnya yang kurang ajar, sering menghisap darah seperti vampir, tanpa izin, sehingga dijuluki bangsat. Entahlah!

"Lima" Rintihan Imam as-Syafii*

Friday 10 April 2015


Imamuna as-Syafii (Rahimahullah) setidaknya pernah mengeluhkan dua hal dalam hidupnya. Pertama, kesukaaran (Difficulty) dalam menghafal yang kemudian dikonsultasikan pada guru spiritualnya, Imam Waqi’. Untuk mencapai derajat kesempurnaan dalam menghafal tinggalkanlah maksiat. Ucap imam Waqi’ pada Imam Syafii (Syakautu ilal Waqi’ an Suui Hifdzi wa Arsyadani ilaa Tarkil Ma’ashii).

Kegundahan Imam Syafii terbantah! Orang Barat atau Western People, kenapa dalam ranah keilmuan lebih progresif dan unggul padahal mereka setia pada kemaksiatan ketimbang para santri yang senantiasa merawat dirinya dengan tirakat, wirid dan semacamnya? Jawabannya adalah satu, bahwa usaha lahiriyah orang barat lebih serius dan intens ketimbang para santri yang lebih banyak bersantai ria dan hanya menggandalkan usaha spiritualitas lalu berharap ketiban ilmu laduni tanpa perlu menelaah keilmuan dengan khusyuk.
 

Most Reading

Sidebar One