Seorang bayi di lahirkan dalam keadaan fitroh. Layaknya sebuah kertas
putih dan rapi yang musti ditorehkan dengan tinta oleh kedua orang tuanya. Diukir dengan
motif yang indah nan menawan hingga
terbentuk ukiran tulisan yang
membanggakan.
Aku sering melihat bocah
kecil berlari-lari di sekitar jalanan pondok pesantren yang aku tempati. Aku sangat suka melihat mereka karena
banyak hal lucu yang dilakukan. Mulai dari kejar-kejaran, saling “tidak bolo”, berkomplot
membentuk kelompok, bersepeda bersama seperti
geng motor yang bersiap convoy di jalanan, rebutan es krim dan lain sebagainya. Aku jadi
teringat masa kecilku dulu, melakukan hal yang sama seperti mereka. Akan ada
rasa cemburu dan cemberut saat aku tak bisa berkumpul dan melakukan hal yang
sama dengan kawan-kawan lain.
Saat aku tumbuh dewasa kehidupanku
tentu berubah. Sekarang anak-anak yang lugu dan manis berubah
menjadi liar dan tak terkendali. Permainan mereka bukan berlari-lari saling
mengejar, bermain kelereng, layang-layang, atau semacamnya. Mereka menjadi seperti sosok pemberani
dalam tubuh mungil. Merokok dianggapnya seperti
menghisap permen lollipop, bullying
teman, mencuri, sex bebas dll.
Sebuah contoh kasus bocah
perokok seperti sandy memberikan bukti nyata dan membuka mata khalayak
masyarakat tentang pentingnya pendidikan untuk anak. Kenyataan lapangan yg memberikan sayatan nurani. Kasus
lain seperti bocah SD asal Surabaya yang rela membayar 2000 rupiah untuk
menikmati jasa sex dari seorang PSK. Terbaru tentang bullying anak, mirisnya
lagi hal ini dilakukan oleh kawannya sendiri yang masih seumuran.
Sebuah pendapat mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini lebih
penting dari mencari nafkah yang dilakukan oleh orang tua tanpa memperhatikan
pendidikan seorang anak. Orang tua yang sibuk dan bekerja seharian dari pagi buta sampai
larut malam memberikan efek buruk bagi pendidikan seorang anak. Mereka menjadi
tak punya panutan, kurang kasih
sayang, minim perhatian dan hilang arah. Fakta
mengungkapkan kebanyakaan seorang ibu atau ayah lebih takut dan kebingungan
anaknya terkena luka bakar ketimbang menjadi bodoh dalam pendidikan.
Baginda Rosul Muhammad memberikan pencerahan berupa inovasi untuk anak-anak para
umatnya. Nabi memberikan 5 point penting untuk mendidik seorang anak agar
tumbuh dan berkembang dengan produktif, kreatif dan Islamis :
Membiasakan
dan mengucapkan kalimat Tauhid. Memperkanalkan nama
Alloh dengan sering mengucapkan Tasbih, Tahmid, Tahlil ketika sedang bersama
dan berinteraksi dengan anak. Tak cuman itu seorang ibu dalam mendidik anak
wajib memberikan asupan kata positif untuk membentuk mindset seorang anak.
Jodi Foster pernah menerima
Piala Oscar sebagai aktris terbaik dalam salah satu film layar lebar. Saat penyerahan piala
tersebut, dari atas panggung dia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang mendukungnya. Yang menarik ucapan terima kasih yang pertama ditujukan
kepada ibunya. Kira-kira ucapanya seperti ini, “saya ingin mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada ibu saya. Sewaktu saya kecil, ibu selalu
mengatakan bahwa semua lukisan tangan saya itu setara dengan karya Picasso”.
Pada saat sulit, ia selalu mengatakan : Jodi, kamu pasti bisa mengatasinya,
tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan kata kata inilah yang selalu tergiang
di benak saya hingga akhirnya saya yakin dan mampu menjadi seniman sehebat
Picasso.”
Sering kita temui seorang ibu atau ayah yang
berkata pada anaknya, “nak, udah ndak usah ngelanjutin sekolahnya,
bapak-ibuk udah ndak kuat lg membiyayai sekolah kamu”. Secara tak sadar orang tua ini menanamkan sifat tawakkal dan
berpasrah yang salah dalam diri seorang anak yang dipaksa untuk bersandar hanya
pada kemampuan dan gaji kedua orangtuanya. Mereka seakan tak mengangap Alloh
itu ada. Padahal Alloh adalah Dzat yang Maha Kaya. Selama kita ada keyakinan
pada Alloh, pasti dan pasti Alloh akan memberik jalan melalui cara yang tak
pernah terduga oleh kita. Sudah banyak bukti nyata berupa fakta dan cerita dari
beberapa teman saya.
Menanamkan
kecintaan pada Nabi. Memberikan cerita tentang
sejarah Rosul menjelang tidur adalah salah satu cara yang efektif untuk
mendidik seorang akhlak anak.
Seorang pengamat Ed Balls mengatakan, bercerita selama 10 menit
setiap malam sebelum anak-anak tidur amat penting. Ia umpama satu diet yang
baik serta gaya hidup yang sehat. Dia juga menjelaskan, aktivitas itu perlu
dijadikan rutin harian ibu-bapak, sama seperti membersihkan gigi dan mandi.
Selain itu manfaat bercerita sebelum tidur ini akan meningkatkan keterampilan
anak untuk mendengar, menumbuhkan rasa cinta terhadap buku, meningkatkan
kecerdasan anak serta membentuk perkembangan jiwa seorang anak.
Selain bermanfaat untuk anak, bercerita ini secara tidak langsung
akan memberi manfaat dengan menjadikan orang tua lebih kreatif dalam setiap
perkara yang dilakukan. Dan akan ada banyak ide-ide yang muncul di fikiran mereka dalam mendidik
anak.
Ahli pendidikan dari Mississippi State University, Nancy
Verhoek-Miller mengatakan “tidak pernah ada kata terlambat untuk membacakan
anak sebuah buku”. Hanya butuh waktu 15 menit untuk membudayakan kebiasaan baik
ini. Hanya bermodalkan buku dan kemauan yang kuat dari orang tua. Simpel, namun
efeknya dahsyat, why not ?
Mengajarkan
Qur’an dengan tujuan menancapkan ruh Qur’an pada
anak-anak. Agar mereka tumbuh diatas kecintaan Al-Qur’an dan bersinar diatas
cahaya Qur’an.
Ulama’ sekaliber Imam Suyuthi telah memperkenalkan Al-Qur’an sejak
usia dini sebelum anaknya mencapai usia
3 tahun. Sehingga didapati pada usia dini anak ini sudah hafal Al-Qur’an.
Contoh lain seperti Imam Syafi’I, Imam Nawawi dan yang lainya. Dengan harapan
anak-anak mereka akan tumbuh dibawah naungan Qur’an dan berkembang diatas
fitrohnya dan cahaya hikmah menancap pada diri dan hati mereka sebelum semakin berkembangnya
hawa nafsu dan kotoran serta kemaksiatan.
Menanamkan
Akhlakul Karimah. Baginda Rosul bersabda : “Orang
Mu’min yang paling bagus imanya adalah yang paling baik akhlaknya”.
Pepatah arab mengungkapkan “لسان الحال خير من لسان المقال” artinya,
perbuatan seseorang lebih baik daripad ucapanya. Point paling penting dalam
memberikan dan menanamkan Akhlakul Karimah pada seorang anak adalah aksi bukan
provokasi.
Sebuah pemecahan masalah yang paling efektif yang sempat dialami
salah satu pondok pesantren terkemuka di Jawa Timur tentang problem penanaman
akhlak dan nilai-nilai pesantren adalah dengan memulai segala perbuatan baik
dari dirinya sendiri. Konsep Akhlakul karimah yang digembor-gemborkan seorang
muballigh atau siapapun tak akan pernah terwujud sebelum dia memulai dari
dirinya sendiri.
Memulai perbuatan paling sepele yang belum banyak orang bisa melakukanya, seperti
membuang sampah pada tempatnya, meletakkan sabun pada tempatnya, mengucapkan
salam ketika keluar-masuk ruangan, memakai sandal dimulai dengan kaki kanan dan
melepas sandal dengan memulai dengan kaki kiri dan lain sebagainya. Kebiasaan
tersebut harus dibiasakan secara berulang-ulang agar nantinya menjadi budaya
yang tertanam didalam benak setiap anak adam.
No comments:
Post a Comment