Update

Five Powers for Children

Tuesday 18 November 2014


Seorang bayi di lahirkan dalam keadaan fitroh. Layaknya sebuah kertas putih dan rapi yang musti ditorehkan dengan tinta oleh kedua orang tuanya. Diukir dengan motif yang indah nan menawan hingga terbentuk ukiran tulisan yang membanggakan.


 Aku sering melihat bocah kecil berlari-lari di sekitar jalanan pondok pesantren yang aku tempati. Aku sangat suka melihat mereka karena banyak hal lucu yang dilakukan. Mulai dari kejar-kejaran, saling “tidak bolo”, berkomplot membentuk kelompok, bersepeda bersama seperti geng motor yang bersiap convoy di jalanan, rebutan es krim dan lain sebagainya. Aku jadi teringat masa kecilku dulu, melakukan hal yang sama seperti mereka. Akan ada rasa cemburu dan cemberut saat aku tak bisa berkumpul dan melakukan hal yang sama dengan kawan-kawan lain.


Saat aku tumbuh dewasa kehidupanku tentu berubah. Sekarang anak-anak yang lugu dan manis berubah menjadi liar dan tak terkendali. Permainan mereka bukan berlari-lari saling mengejar, bermain kelereng, layang-layang, atau semacamnya. Mereka menjadi seperti sosok pemberani dalam tubuh mungil. Merokok dianggapnya seperti menghisap permen lollipop, bullying teman, mencuri, sex bebas dll.


Sebuah contoh kasus bocah perokok seperti sandy memberikan bukti nyata dan membuka mata khalayak masyarakat tentang pentingnya pendidikan untuk anak. Kenyataan lapangan yg memberikan sayatan nurani. Kasus lain seperti bocah SD asal Surabaya yang rela membayar 2000 rupiah untuk menikmati jasa sex dari seorang PSK. Terbaru tentang bullying anak, mirisnya lagi hal ini dilakukan oleh kawannya sendiri yang masih seumuran.


Sebuah pendapat mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini lebih penting dari mencari nafkah yang dilakukan oleh orang tua tanpa memperhatikan pendidikan seorang anak. Orang tua yang sibuk dan bekerja seharian dari pagi buta sampai larut malam memberikan efek buruk bagi pendidikan seorang anak. Mereka menjadi tak punya panutan, kurang kasih sayang, minim perhatian dan hilang arah. Fakta mengungkapkan kebanyakaan seorang ibu atau ayah lebih takut dan kebingungan anaknya terkena luka bakar ketimbang menjadi bodoh dalam pendidikan.


Baginda Rosul Muhammad memberikan pencerahan berupa inovasi untuk anak-anak para umatnya. Nabi memberikan 5 point penting untuk mendidik seorang anak agar tumbuh dan berkembang dengan produktif, kreatif dan Islamis :

Membiasakan dan mengucapkan kalimat Tauhid. Memperkanalkan nama Alloh dengan sering mengucapkan Tasbih, Tahmid, Tahlil ketika sedang bersama dan berinteraksi dengan anak. Tak cuman itu seorang ibu dalam mendidik anak wajib memberikan asupan kata positif untuk membentuk mindset seorang anak.

Jodi Foster pernah menerima Piala Oscar sebagai aktris terbaik dalam salah satu film layar lebar. Saat penyerahan piala tersebut, dari atas panggung dia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukungnya. Yang menarik ucapan terima kasih yang pertama ditujukan kepada ibunya. Kira-kira ucapanya seperti ini, “saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ibu saya. Sewaktu saya kecil, ibu selalu mengatakan bahwa semua lukisan tangan saya itu setara dengan karya Picasso”. Pada saat sulit, ia selalu mengatakan : Jodi, kamu pasti bisa mengatasinya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan kata kata inilah yang selalu tergiang di benak saya hingga akhirnya saya yakin dan mampu menjadi seniman sehebat Picasso.

    Menanamkan kecintaan pada Alloh, dengan membiasakan tawakkal dan menanamkan sikap khauf pada Alloh dalam diri seorang anak. Beberapa dari orang tua kita sering mengucapkan kata yang salah terhadap anaknya dan mengakibatkan kesalahan yang fatal.


Sering kita temui seorang ibu atau ayah yang berkata pada anaknya, “nak, udah ndak usah ngelanjutin sekolahnya, bapak-ibuk udah ndak kuat lg membiyayai sekolah kamu”. Secara tak sadar orang tua ini menanamkan sifat tawakkal dan berpasrah yang salah dalam diri seorang anak yang dipaksa untuk bersandar hanya pada kemampuan dan gaji kedua orangtuanya. Mereka seakan tak mengangap Alloh itu ada. Padahal Alloh adalah Dzat yang Maha Kaya. Selama kita ada keyakinan pada Alloh, pasti dan pasti Alloh akan memberik jalan melalui cara yang tak pernah terduga oleh kita. Sudah banyak bukti nyata berupa fakta dan cerita dari beberapa teman saya.

  
      Menanamkan kecintaan pada Nabi. Memberikan cerita tentang sejarah Rosul menjelang tidur adalah salah satu cara yang efektif untuk mendidik seorang akhlak anak.


Seorang pengamat Ed Balls mengatakan, bercerita selama 10 menit setiap malam sebelum anak-anak tidur amat penting. Ia umpama satu diet yang baik serta gaya hidup yang sehat. Dia juga menjelaskan, aktivitas itu perlu dijadikan rutin harian ibu-bapak, sama seperti membersihkan gigi dan mandi. Selain itu manfaat bercerita sebelum tidur ini akan meningkatkan keterampilan anak untuk mendengar, menumbuhkan rasa cinta terhadap buku, meningkatkan kecerdasan anak serta membentuk perkembangan jiwa seorang anak.



Selain bermanfaat untuk anak, bercerita ini secara tidak langsung akan memberi manfaat dengan menjadikan orang tua lebih kreatif dalam setiap perkara yang dilakukan. Dan akan ada banyak ide-ide yang muncul di fikiran mereka dalam mendidik anak.



Ahli pendidikan dari Mississippi State University, Nancy Verhoek-Miller mengatakan “tidak pernah ada kata terlambat untuk membacakan anak sebuah buku”. Hanya butuh waktu 15 menit untuk membudayakan kebiasaan baik ini. Hanya bermodalkan buku dan kemauan yang kuat dari orang tua. Simpel, namun efeknya dahsyat, why not ?

      Mengajarkan Qur’an dengan tujuan menancapkan ruh Qur’an pada anak-anak. Agar mereka tumbuh diatas kecintaan Al-Qur’an dan bersinar diatas cahaya Qur’an.



Ulama’ sekaliber Imam Suyuthi telah memperkenalkan Al-Qur’an sejak usia dini  sebelum anaknya mencapai usia 3 tahun. Sehingga didapati pada usia dini anak ini sudah hafal Al-Qur’an. Contoh lain seperti Imam Syafi’I, Imam Nawawi dan yang lainya. Dengan harapan anak-anak mereka akan tumbuh dibawah naungan Qur’an dan berkembang diatas fitrohnya dan cahaya hikmah menancap pada diri dan hati mereka sebelum semakin berkembangnya hawa nafsu dan kotoran serta kemaksiatan.


           Menanamkan Akhlakul Karimah. Baginda Rosul bersabda : “Orang Mu’min yang paling bagus imanya adalah yang paling baik akhlaknya”.



Pepatah arab mengungkapkan “لسان الحال خير من لسان المقالartinya, perbuatan seseorang lebih baik daripad ucapanya. Point paling penting dalam memberikan dan menanamkan Akhlakul Karimah pada seorang anak adalah aksi bukan provokasi.



Sebuah pemecahan masalah yang paling efektif yang sempat dialami salah satu pondok pesantren terkemuka di Jawa Timur tentang problem penanaman akhlak dan nilai-nilai pesantren adalah dengan memulai segala perbuatan baik dari dirinya sendiri. Konsep Akhlakul karimah yang digembor-gemborkan seorang muballigh atau siapapun tak akan pernah terwujud sebelum dia memulai dari dirinya sendiri.



Memulai perbuatan paling sepele yang belum banyak orang bisa melakukanya, seperti membuang sampah pada tempatnya, meletakkan sabun pada tempatnya, mengucapkan salam ketika keluar-masuk ruangan, memakai sandal dimulai dengan kaki kanan dan melepas sandal dengan memulai dengan kaki kiri dan lain sebagainya. Kebiasaan tersebut harus dibiasakan secara berulang-ulang agar nantinya menjadi budaya yang tertanam didalam benak setiap anak adam.

No comments:

Post a Comment

 

Most Reading

Sidebar One