Update

“Valentine” Ala Wali Sanga*

Saturday 14 February 2015

Islam bukan agama kaku dan keras. Islam bukan agama yang terlampau lentur nan fleksibel. Islam itu juga bukan tayangan sinetron atau drama. Mengutip dari Cak Nun, Islam itu substansi nilai, juga metodologi. Ia bisa memiliki kesamaan atau perjumpaan dengan berbagai macam substansi nilai dan metodologi lain, baik yang berasal dari “agama” lain, dari ilmu-ilmu sosial modern atau khasanah tradisi. Namun sebagai sebuah keseluruhan entitas, Islam hanya sama dengan Islam.

Sejarah babat Jawa yang kental dengan corak tradisi mistis, animisme dan dinamisme menjadi artefak yang tertuang dalam literasi sejarah nusantara. Term yang mengandung berbagai macam hiruk-pikuk kehidupan dan mengandung berbagai macam kebiasaan individu, tata nilai, prilaku, etika dan sebagainya selanjutnya disebut sebagai tradisi.

Tradisi sama dengan adat istiadat, konsep serta aturan yang mantap dan terintegrasi kuat dalam sistem budaya di suatu kebudayaan yang menata tindakan manusia dalam bidang sosial kebudayaan itu (Koentaraningrat: 1984: 187 ). Oleh sebab itu segala kegiatan yang memiliki integritas kuat dalam sebuah sistem budaya dan menata tindakan manusia dalam kehidupan dapat diartikan budaya, seperti Valentine.

Kebebasan Adalah Keterbatasan*

Monday 9 February 2015



http://1.bp.blogspot.com/-fXfDDCt--Yw/U2nE7YHrB3I/AAAAAAAADDk/4lFNVP3Hy-Q/s1600/nur.jpg 

Napoleon Bonaparte pernah mengatakan, lebih menakutkan bagiku sebilah pena dibandingkan ribuan pasukan gagah perkasa bersenjata pedang. Bonaparte paham betul betapa luar biasanya efek sebuah tulisan yang digoreskan oleh tangan-tangan terampil untuk merubah zaman. Bahkan dengan beberapa kata saja, dalam sekejap, dalam hitungan menit mampu merubah nasib seseorang.

Tidak hanya sebuah tulisan, ucapan pun turut memberikan social effect secara universal bagi orang lain. Tak heran apabila Rosul mengingatkan melalui ucapannya yang dikodifikasi oleh para sahabatnya, Dua hal yang sering menyeret manusia ke dalam neraka adalah lidah dan kemaluan. Hasan al-Bashri menuturkan “sesungguhnya lidah orang mukmin berada dibelakang hatinya, apabila ingin berbicara tentang sesuatu maka dia merenungkan dengan hatinya terlebih dahulu, kemudian lidahnya menunaikannya.”
 

Most Reading

Sidebar One